Kamis, 02 Januari 2014


Nokia bisa saja menelurkan produk sesukses iPhone tetapi ide itu dianggap konyol oleh pemimpinnya. (Image credit: techij.com)
Setiap perusahaan besar di abad ke-21 menghadapi masalah utama: disruption. Kata ini merujuk pada sebuah produk, layanan, model bisnis atau konsep apa pun yang relatif baru dan segar serta begitu menyita perhatian semua pelaku industri dan pasar. Kemunculan sesuatu yang baru ini dianggap mengganggu (disrupt) dinamika pasar yang normal tetapi di saat yang sama juga memberikan harapan akan kemajuan dalam peradaban.
Seperti disampaikan oleh Steve Blank dalam acara The Commonwealth Club beberapa waktu lalu, sebetulnya saat hari pertama diluncurkannya iPhone ke pasar, para petinggi Nokia di Finlandia telah diberikan sebuah purwarupa yang menyerupai iPhone yang sudah dirancang oleh tim insinyur Nokia. Saat diberikan, tim insinyur ini meminta komitmen dari dewan direksi yang ada untuk mengucurkan dana beberapa juta dollar untuk membuat sebuah produk seperti purwarupa yang mereka berikan. Seorang anggota senior dewan direksi Nokia mengangkat purwarupa itu dan bertanya kepada tim,Siapa yang menjadi pangsa pasarnya? Dan kisah seterusnya adalah bagian dari sejarah. Kita bisa saksikan melemahnya bisnis Nokia hingga diakuisisi Microsoft. Sementara Apple terus melaju dengan iPhone.
Dibutuhkan proses yang berkesinambungan untuk menghadapi fenomena disruption yang bisa muncul kapan saja. Dan ini yang menjadi tugas setiap pebisnis abad ke-21 yang ingin terus bertahan dan berkembang. (ap)
 sumber : http://www.ciputraentrepreneurship.com/

0 komentar:

Posting Komentar

Site search